Bersyukur akhirnya kemarin, 31 Mei – 1 Juni bisa datang kembali ke Baduy, Kenekes, Banten.
Kali ini, tim KOPMAS yang diwakili oleh Rusmarni Roesli datang bukan sekedar menghirup udara segar alam Baduy setelah setahun lebih tidak datang ke sana tapi bermaksud juga mengedukasi masyarakat Baduy Luar dan Baduy Dalam tentang Kental Manis bukan susu. Karena kandungan gulanya lebih banyak dibandingkan susu-nya yang hanya ada sekitar 8% dalam setiap kemasan dan kental manis bukan pengganti air susu ibu (ASI), dan tidak cocok untuk dikonsumsi balita.
Temuan signifikan tim kami dapatkan di tiga wilayah Baduy, yaitu; Baduy Luar sekitar Ciboleger, dan Ciemes. Sedangkan di Baduy Dalam di Desa Cibeo.
Temuan tersebut antara lain:
1. Di Baduy Luar sekitar Ciboleger dan Ciemes hampir semua masyarakatnya mengkonsumsi kental manis yang mereka sebut “susu kaleng”. Mereka mendapatkan informasi bahwa kental manis adalah susu dari televisi atau pengaruh orang Luar Baduy yang menyebutkan kental manis itu “susu” sebagai pelengkap makanan bergizi.
2. Di Baduy Dalam hanya beberapa warga atau responden (Dari 20 ibu yang punya bayi atau balita. Hanya satu bayi dan dua balita kembar yang mengkonsumsi kental manis).
Survei dilakukan secara pengamatan langsung dan mendatangi rumah responden (door to door).
Para ibu yang memberikan kental manis, karena tidak mencukupi asi-nya. Mereka mendapatkan informasi bahwa “susu kaleng” untuk bayi atau balita dari orang luar Baduy atau lebih tepatnya pedagang yang masuk ke Cibeo.
Jadi kami berkesimpulan bahwa televisi mempunyai pengaruh sosial yang sangat besar terhadap masyarakat, termasuk dalam memilih asupan gizi keluarga, salah satunya kental manis yang melekat di ingatan mereka sebagai susu.