Pelatihan relawan Kopmas batch 2 : pelatihan dasar advokasi masyarakat untuk mendapatkan hak pelayanan kesehatan berlangsung di Cirebon, Jawa Barat. Pelatihan dimulai pukul 10.00 yang dihadiri 16 peserta kader kesehatan dari posyandu yang teridir dari ibu rumah tangga dan mahasiswa. Acara dibuka dengan sambutan oleh tuan rumah dan Bapak RW.

Sesi pertama diisi oleh oleh ketua umum Kopmas, Rita Nurini yang mengenalkan Kopmas. Sesi kedua yaitu pelatihan dasar advokasi kesehatan oleh Yuli Supriati. Pada sesi ini banyak membahas mengenai JKN di daerah setempat.

Untuk sistem penjaminan warga yang tidak mampu yang tiba-tiba sakit, Alhamdulillah terdapat jaminan kesehatan yang didanai oleh APBD sama dengan beberapa wilayah lain yang dibiayai di indonesia. Dimulai dengan skema pembuatan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) dari RT, RW lalu ke Kelurahan. Dari Kelurahan dilanjutkan dengan meminta surat rekomendasi ke Dinas Sosial. setelah itu baru ke Dinas Kesehatan. Dengan begini di Rumah Sakit dapat mengcover. Untuk pembuatan BPJS yang gratis memerlukan masa tunggu 1-2 bulan. kemudian untuk rumah sakit, hampir sebelah rumah sakit yang ada di Cirebon itu sudah bekerjasama dengan BPJS maupun menggunakan SKTM.

 

Sesi selanjutnya, diisi oleh Rusmarnie Rusli dengan pemaparan materi tentang gizi. Jadi Kopmas bekerjasama dengan yaici untuk memberikan sosialisasi mengenai gizi anak dan balita  yang baik. Pada sesi ini Kopmas mendapatkan temuan yang menarik saat mensosialisasikan “Kental Manis Bukan Susu”, kami mendapatkan fakta bahwa anak dari para kader (keponakan seorang kader ) masih ada yang memberikan kental manis kepada anaknya. Walaupun ada beberapa kader yang sudah teredukasi menyatakan bahwa kental manis itu bukan susu. 

Ternyata lagi-lagi karena faktor ekonomi masih menjadi alasan mengapa anak masih diberikan kental manis. Ada satu kasus yang cukup memprihatinkan, terdapat info ada seorang anak dari usia 1 minggu sudah ditinggal oleh ibunya, akhirnya diberikan susu formula lalu sebagai pengganti asinya disambung dengan kental manis. Sekarang anak sudah berumur 4 tahun. Menurut pengakuan si ibu, memang si anak mudah sakit dan gampang panas. “Dapat dikatakan ringkih “, kata Yuli Supriati. Jadi sepertinya imun anak sangat kurang.

Begitulah rangkain pelatihan dasar relawan batch kedua di Cirebon beserta dengan temuannya. Masih banyak temuan kental manis yang dikonsumsi oleh masyarakat. Padahal sudah pada tahu juga bahwa kental manis itu bukan susu, akan tetapi mereka beralasan “anaknya yang minta”. Kalau tidak diberikan para ibu akan bingung bagaimana cara menggantikan kental manis ini kepada anak. Dengan memberikan pengertian Yuli Supriati memberikan masukan kepada para ibu agar harus tetap sabar mengurangi konsumsi kental manis. dan Yuli Supriati merasa mindful parenting selama 21 hari itu sudah sangat perlu di implementasikan. Agar anak tahu dan bisa bilang “saya tidak suka karena itu tidak baik untuk tubuh saya, berbahaya dan tidak sehat”.

 

Galeri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *